-->
BLANTERWISDOM101

Ilmu Ghaib Orang Suku Batak

Friday, August 16, 2013
Beranda Batak Ingin Menulis tentang Ilmu...!!!
 Wow wow wow

Ilmu apa Kawan...?
Berbagai macam Ilmu-ilmu ke Ghaib yang pernah Berkembang dari Orang Suku Batak

Seperti diketahui Zaman Dahulu sebelum adanya Agama,Banyak Orang Suku-suku di Indonesia yang menganut Ilmu Ghaib atau Anemisme,
Hal itu membuat banyak Suku di Indonesia Percaya akan hal-hal Ghaib atau di Luar ke Agamaan,
-Menyembah Patung
-Percaya akan Benda-benda Sakral
-Pengobatan yang dilakukan secara Ghaib
-Maupun Ritual-ritual Ghaib lainnya

Sama Halnya dengan Orang Suku Batak,
Zaman Dahulu kala,Hal yang Sama juga Terjadi di Tanah Batak,

Berikut Ilmu-ilmu Ghaib yang pernah berkembang di Tanah Batak :

-Begu Ganjang

Begu Ganjang adalah kegiatan Ghaib yang dilakukan Orang Suku Batak pada Zaman Dahulu bahkan sampai sekarang banyak Orang Suku Batak khususnya di Tanah Batak masih menganut Kegiatan ini.
Begu sendiri Artinya Setan,
Ganjang sendiri Artinya Panjang
Begu Ganjang adalah 1 Bentuk Setan yang berukuran sangat Panjang.
Konon Cerita yang beredar luas di kalangan Orang Suku Batak,
Par Begu Ganjang atau Orang yang Memelihara Setan Panjang ini sangatlah di takuti dan di benci oleh Masyarakat di sekitar Pemelihara Begu Ganjang Tersebut,
Bahkan banyak Berita yang mengatakan :
-Par Begu Ganjang di Bakar''
-Par Begu Ganjang di Usir''
-Par Begu Ganjang di Asingkan
-Dan Berita-berita lain

Apa Penyebabnya...?
Begu Ganjang dikenal sebagai Setan Penyabut Nyawa,
Dimana setiap kali Begu Ganjang menampakan dirinya,maka Orang yang Melihat Begu Ganjang tersebut akan Mati beberapa hari kemudian.
Dan Begu Ganjang menampakan Dirinya atas Suruhan Majikannya atau Orang yang memelihara Begu Ganjang tersebut dan biasanya ini dilakukan akibat adanya ke tidak sukaan Pemelihara Begu Ganjang terhadap Seseorang.
Inilah yang membuat Pemelihara Begu Ganjang sangat Ditakuti.


-Hadatuon

 BAGI masyarakat Batak zaman Hadatuon dulu hadatuon adalah suatu ilmu yang dapat diajarkan dan dapat dipelajari oleh orang-orang tertentu yang memang memiliki kemampuan dan karunia khusus yang disebut sahala hadatuon. Hubungan belajar mengajar dalam tradisi masyarakat Batak tidaklah mempunyai struktur dan metode yang tetap dan terinci dan juga tidak berlangsung secara terbuka.

Proses penyampaian “ilmu”nya selalu bersifat isoteris, artinya dilakukan di luar lingkungan masyarakat serta bersifat tertutup di antara seorang ‘guru’ dan seorang ‘murid’. Proses pendidikan yang tertutup dan sangat khusus itu melahirkan satu jenis profesi dengan pengetahuan yang sangat eksklusif, sehingga tidak secara langsung mendapat posisi yang jelas dalam tatanan pendidikan tradisional yang bersifat publik dan terbuka. Datu dalam hal itu tidak berfungsi sebagai guru masyarakat seperti guru-guru lainnya. Namun demikian harus diakui bahwa sumbangan datu dalam “ilmu” pengetahuan Batak tradisional yang kemudian berkembang menjadi pendidikan modern setelah zending dan kolonial Belanda sangatlah besar.

Sebagaimana diketahui secara umum ada beberapa fungsi datu di tengah-tengah masyarakatnya, seperti pengobatan dan penyembuhan penyakit, sebagai imam dalam ritus keagamaan Batak, sebagai medium dalam memanggil serta berhubungan dengan rohroh nenek moyang tertentu dan sebagai peramal atau dukun tenung. Dengan demikian “ilmu” yang harus dikuasai oleh seorang datu adalah sangat luas dan keseluruhannya bersifat khusus. Proses penurun-alihan “ilmu” itu sendiri sudah merupakan rangkaian ritus yang unik dan dalam satu proses belajar mengajar hanya ada satu guru dan satu murid.

“Ilmu hadatuon” bersumber pada ‘Pustaha Agong’, sebuah buku laklak (kulit kayu) yang berisikan secara lengkap ilmu hadatuon. Secara mitologis, buku tersebut diwariskan oleh si Raja Batak kepada anaknya Guru Tatea Bulan yang menjadi datu dan datu guru pertama, mengajarkan ilmu hadatuon itu kepada anak-anaknya.

Menurut J Winkler, seperti dikutip oleh Aritonang, pada pokoknya ada tiga katagori isi pustaha berdasarkan maksud penggunaannya, pertama satu, ‘ilmu’ untuk memelihara kehidupan (protective magic) yang mencakupi diagnosa, terapi, ramuan obat-obatan yang bersifat magis, ajimat, parmanisan (pekasih) dan sebagainya.

Kedua, ‘ilmu’ untuk membinasakan kehidupan (destructive magic) yang mencakupi seni membuat racun, seni mengendalikan atau memanfaatkan kekuatan roh tertentu memanggil pangulubalang dan seni membuat dorma (guna-guna pemikat cinta).

Ketiga, ‘ilmu’ meramal (divination) yang mencakup orakel (sabda dewata) yang menjelaskan kemauan roh yang dipanggil, perintah para ilah dan leluhur, sistem almanak atau kalender (parhalaan) dan perbintangan (astrologi) untuk menentukan hari baik bulan baik untuk menyelenggarakan suatu hajatan, pekerjaan berat atau perjalanan jauh.

Semua itu dikembangkan sedemikian rupa dalam upacaraupacara magis dalam usaha berkomunikasi dengan kekuatankekuatan supranatural; roh leluhur, roh penghuni-penghuni alam (pangingani) serta roh-roh jahat.

Memang banyak pendapat yang mengatakan bahwa datu berfungsi sebagai imam dalam ritus keagamaan. Akan tetapi hal itu tidak selamanya benar. Sebab pelaksana fungsi imam dalam upacara adat bius adalah parbaringin, sedangkan dalam upacara adat huta dilaksanakan oleh raja huta atau pemangku adat dari marga yang menyelenggarakan upacara adat.

Meskipun para datu sudah melalui proses belajar yang relatif sama dan mendapatkan ‘ilmu’ dalam berbagai bidang, namun pada kenyataannya mereka mempunyai bidang spesialisasi tertentu; ada spesialisasi pengobatan, ada spesialisasi peramalan, ada spesialisasi permusuhan atau peperangan, ada spesialisasi pemahat patung-patung magis (datu panggana) dan lain-lain (JS Aritonang, 1988:69 dyb).
Sumber Hadatuon Saya peroleh dari Sini 

Demikianlah Pembahasan tentang Ilmu Ghaib dari Orang Suku Batak
Akhir kata Saya Ucapkan Terima Kasih,,,
Mauliate to Sumber
Share This :
Batak Lovers

2 komentar

Berkomentarlah dengan Sopan

Komentar tanpa Nama kurang disukai dan cenderung dihapus!.

  1. Sebelum ada agama? lalu agama Batak dan agama Parmalim itu apa? apa isinya tentang kebejatan? tentu tidak. Bahwa ada penyelewengan? iya ada, seperti oknum pemuka agama Kristen juga ada penyelewengan.
    Biar fair, artikel ini anggaplah benar adanya, tapi kisah kebaikan kemuliaan orang Batak karena agama Batak juga ada. Orang Batak dulu sangat pegang kata - kata makanya ada istilah " arga do hata ". Kisah Batak pasca Kristen? juga tidak jauh beda ada orang Batak baik ada orang Batak jahat. Biar tidak subjektif.

    ReplyDelete